Jombang, sebuah daerah kabupaten kecil di Jawa Timur yang luas wilayahnya kalo dijelajahi dengan mengelilingi daerah pinggiran atau perbatasan diperkirakan bakal selesai dalam nggak sampe satu hari. Daerah yang letaknya berada di tengah – tengah provinsi Jawa Timur ini hampir nggak bisa dikatakan sebagai sebuah daerah yang bisa dibanggain oleh beberapa wargaya. Jika dilihat dari sudut pandang anak muda, mungkin sebagian dari mereka pernah merasa malu jika ia ditanyain orang dari daerah lain tentang daerah asalnya. Eh kamu aslinya dari mana? Loh Jombang itu dimana? Ada mall nggak disana? Apa sih makanan khasnya? Mungkin seperti itulah sebagian kecil pertanyaan – pertanyaan yang mungkin pernah didengar oleh warga Jombang yang merantau ke daerah lain. Menurut Ashwort (dalam Luthfi, 2018) dalam menghadapi persaingan antar kota yang bertujuan untuk menarik berbagai sumber daya, dan investasi, maka perlu diciptakan identitas suatu kota.
1. Warna Khas Ijo Abang
Banyak yang menduga kalo kata Jombang merupakan akronim dari warna hijau atau Ijo dan warna merah atau Abang, ya nggak apa – apa sih namanya juga menduga. Ada juga yang menganggap kalo berasal dari sebuah cerita tentang pertarungan hebat antara Kebo Kicak dengan Surontanu disuatu tempat hingga muncul semburat warna hijau dan merah. Ada pula yang memaknai bahwa wana Ijo sebagai representasi kaum santri, agamawan, wong apik – apik, dan lainnya, sedangkan warna Merah/Abang merepresentasi kaum pemberani, ngeyel, ngotot, keras, dan sebagainya. Tapi, jika memang seperti itu, kenapa nggak disebut JoBang? Kok malah Jombang, huruf “M” dapat dari mana?
2. Sebutan Kota Santri
Kabupaten ini subur dengan pendidikan agama islamnya, khususnya pesantren, lebih dari 200 pondok pesantren ada disini, dengan jumlah itu apakah sudah layak disebut “kota santri?”. Setidaknya ada 11 daerah di Jawa yang menggunakan julukan sebagai kota santri, termasuk Jombang, dari semuanya juga memiliki basic yang sama, yaitu memiliki pesantren yang banyak atau sebagai pusat pendidikan agama islam. Tapi di Jombang agak sedikit beda, karena Santri disini merupakan akronim dari SantuN, Tertib, Religius, dan Inovatif. Sebuah tagline yang kurang greget jika dipaksa sebagai sebuah city branding dimasa kini.
3. Landmark
Beruntung, kabupaten kecil ini punya bangunan unik peninggalan zaman kolonial untuk bisa dijadiin ikon yang merepresentasikan Jombang dan ini merupakan sebuah hal yang mujur bagi komunitas – komunitas disini, karena bisa nyablon kaos komunitasnya dengan ditempel desain ikon yang disebut “Ringin Contong”. Meski sekadar ikon menara tandon air, tapi setidaknya telah membantu menyelamatkan dari pertanyaan “landmark Jombang emang apa ya?”.(admininfojbg)