Nasional

Pentas olahraga dunia selalu mendapat sorotan dari bidang politik karena dampak yang diberikan sangat besar bagi rumah penyelanggara

  • January 5, 2025
  • 0

Pentas olahraga dunia selalu mendapat sorotan dari bidang politik karena dampak yang diberikan sangat besar bagi rumah penyelanggara. Perhelatan olimpiade tidak pernah bisa lepas dari politisasi ataupun pengaruh

Share:
Pentas olahraga dunia selalu mendapat sorotan dari bidang politik karena dampak yang diberikan sangat besar bagi rumah penyelanggara

Pentas olahraga dunia selalu mendapat sorotan dari bidang politik karena dampak yang diberikan sangat besar bagi rumah penyelanggara. Perhelatan olimpiade tidak pernah bisa lepas dari politisasi ataupun pengaruh politik di setiap penyelenggaranya. Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi di negara lainnya pun bisa terjadi karena mendapat sorotan media dan juga sebagai batu loncatan bagi para politisi sebagai sarana dalam merebut kekuasaan dengan kalimat ?memajukan olahraga tersebut?. Bahkan, tak jarang masyarakat dapat melihat ketika seorang atlet mendapat medali, di sana ada para pejabat atau politisi yang ikut terekam jejaknya dengan memberikan medali lalu berfoto bersama. Secara tidak langsung, hal tersebut sudah menunjkkan bagaimana olahraga terkontaminasi dengan politik. Ada sebuah kutipan sederhana dari bung Karno mengenai olahraga, bahwa olahraga merupakan hal yang patut dibanggakan sama halnya seperti politik. Karena olahraga merupakan cara wicara melalui kekuatan raga untuk menarasikan kekuatan negara, di mana negara yang olahraganya kuat maka kekuatan negara dan solidaritas negaranya juga kuat (Dahlan, M., 2016:40).
Adapun sejarah yang memperlihatkan intervensi politik di bidang olahraga. Terjadinya penyaderaan terhadap atlet Israel di Muenchen, Jerman pada tahun 1972 dan dilakukan oleh sekelompok teroris yang meminta pembebasan 200 tahanan di Palestina. Dalam persitiwa tersebut, ada kurang lebih Sembilan sandera Israel yang tewas termasuk lima teroris dan satu polisi. Meski demikian, presiden dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) memilih untuk tetap melanjutkan Olimpiade setelah ditunda beberapa jam. Teoris yang melakukan penyanderaan pertama kali tertangkap kamera dari balkon wisma, sehingga menjadi berita hangat bagi negara Israel maupun negara lainnya. Tidak berhenti sampai di kasus penyaderaan, pada tahun 1980-an politik pun ikut mempengaruhi olahraga. Politik yang terjadi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat , perihal hal ini selama periode tahun 1980-an bidang olahraga sangat terganggu karena adanya perang dingin tersebut. Adapun negara yang terkena dampak dari perang dingin tersebut, ialah Seoul tahun 1988, Moskwa tahun 1980 dan Los Angeles 1984. Namun, ada juga negara yang berhasil melangsungkan olimpiade pada masa perang dingin tersebut, yaitu Barcelona, Beijing, London dan Brasil.
Politik dan olahraga tidak bisa dipisahkan dapat dilihat dari kejadian Piala Dunia 1978 Argentina, ketika bidang olahraga menjadi alat politik bagi pemimpin kudeta militer Jorge Rafael Videla dalam membangun citra dirinya. Perlawanan dan aksi protes pun terjadi karena dianggap menculi serta memenjarakan banyak aktivis demokrasi. Piala Dunia 2018 di Rusia juga tidak terpisahkan dari tragedu politik, saat itu Rusia mencoba untuk memanfaatkan Piala Dunia sebagai citra reputasi di dunia internasional, akan tetapi respon yang di dapat oleh Rusia ialah balasan yang sangat kuat dari negara barat. Bahkan yang belum lama terjadi di tahun lalu, saat Piala Dunia Qatar 2022 juga dikaitkan dengan isu politik terkait hak asasi seperti LGBT, minum alcohol dan pekerja migran. Qatar merupakan salah satu negara yang menganut budaya Timur dan dikenal dengan nilai serta keagamaan yang kuat tetapi saat Piala Dunia 2022 mendapat tantangan baru dalam isu politiknya. Setelah menjabarkan begitu banyak negara dengan sejumlah isu politik dan olahraga. Indonesia pun tentunya tidak terlepas dari keterkaitan antara politik dan olahraga. Hari-hari ini Tim Nasional Indonesia sedang berduka karena dibatalkannya Indonesia untuk menjadi tuan rumah dalam Piala Dunia U-20. Begitu banyak pro dan kontra akan pemberitaan ini, ada yang mendukung dengan keputusan FIFA mencabut hal tersebut, tetapi ada pula yang merasa bahwa keterlibatannya para pejabat atau politisi dalam bersuara telah menghancurkan banyak mimpi para anggota Tim Nasional Indonesia. Ada juga informasi yang mengatakan bahwa Indoesia menolak untuk bertanding dengan Timnas Israel, dikarenakan menganggap Israel penjajah rakyat Palestina. Di sisi lain, berita mengenai rusuhnya pendukung sepakbola saat menonton pertandingan sepakbola di kanjuruhan yang menewaskan banyak orang. Selain itu, pemberitaan mengenai tragedy kanjuruhan tidak hanya ramai dibicarakan oleh pihak Indonesia saja melainkan juga tersebar luas kepada media Internasional. Adapula infromasi yang mengatakan bahwa kurangnya persiapan Indonesia dalam mempersiapkan rumah bagi pertandingan Piala Dunia U-20. Padahal dengan Indonesia menjadi tuan rumah bagi Piala Dunia U-20, menjadi salah satu Langkah awal Indonesia untuk memperluas relasi dan juga jangkauan warga asing untuk merubah stigma buruk akan Indonesia dan Langkah awal bagi Tim Nasional Indonesia melangkah lebih maju.
Olahraga dalam perkembangannya bukanlah alat politik atau legitimasi politik kekuasaan, tetapi salah satu sarana atau media pembelajaran politik demokratik yang artinya ialah selama olahraga masih digelar maka politik pun akan terlibat bermain di dalamnya, karena adanya pengaruh dan hubungan yang erat antar satu dengan yang lainnya. Olahraga seharusnya menjadi pemersatu bangsa karena olahraga merupakan simbol, karakter dan jati diri bangsa yang tidak lepas dari kekuatan politik di dalamnya. Olahraga memiliki banyak unsuru budaya, ekonomi, Kesehatan dan sebagainya yang mencerminkan suatu bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *