Nasional

Kehadiran Politik di Mata Kalangan Gen Z

  • January 31, 2025
  • 0

Masih banyak kalangan muda di Indonesia yang belum melek politik. Sebagian besar kalangan muda ada yang menganggap politik tidak penting, tidak begitu peduli terhadap perpolitikan, bersikap apatis terhadap

Kehadiran Politik di Mata Kalangan Gen Z

Masih banyak kalangan muda di Indonesia yang belum melek politik. Sebagian besar kalangan muda ada yang menganggap politik tidak penting, tidak begitu peduli terhadap perpolitikan, bersikap apatis terhadap politik, memandang politik sebelah mata atau menutup mata terhadap politik. Bahkan tidak sedikit juga kalangan muda yang antipolitik. Mengapa banyak kalangan muda yang bersikap demikian terhadap politik?

Padahal, peran kalangan muda dalam penyelenggaraan politik negara sangatlah penting. Partisipasi kalangan muda dalam kegiatan politik dianggap penting, tetapi sangat disayangkan ketertarikan kalangan muda terhadap politik sangat rendah. Kalangan muda seringkali menilai bahwa politik itu negatif, politik itu kotor, politik itu jahat. Mungkin memang yang terlihat dan yang terjadi kebanyakan di sekitar seperti itu. Namun, perlu diketahui bahwa politik tidak selalu seperti itu. Masih banyak pihak-pihak di luar sana yang menjalankan dan berkegiatan politik yang baik, bersih, jujur, dan dengan sepenuh hati. Sisi-sisi politik yang seperti itu memang masih jarang terlihat mungkin karena kurang diperlihatkan sisi positif dan hanya lebih sering diperlihatkan sisi buruk atau negatifnya saja, namun kehadiran politik yang seperti itu nyata adanya.

Keterlibatan kalangan muda di dunia perpolitikan sangat diharapkan oleh Pemerintah. Pemerintah ingin kalangan muda bisa memberikan ide dan gagasan mengenai negara dan masyarakat serta turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan tindakan bagi negara dan juga masyarakat. Pemerintah pun telah mengusulkan untuk memberikan ruang khusus bagi kalangan muda dengan membuka kuota khusus di Pemerintahan bagi kalangan politisi muda agar kalangan muda tertarik dan mau berkecimpung untuk terjun ke dunia politik Indonesia.

Pemerintah mengusulkan agar kuota khusus di Pemerintahan dapat diberikan untuk kalangan muda yang berusia di bawah 35 tahun. 10 hingga 20 persen kuota dari anggota DPR diusulkan oleh Pemerintah agar diberikan sebagai kuota khusus bagi kalangan muda di Pemerintahan dan dapat dijadikan sebagai penyeimbang di DPR sendiri. Dan, nantinya dengan kebijakan hal seperti ini maka kalangan muda pun dapat berpartisipasi penuh dalam politik dan Pemerintahan.

Kalangan muda memiliki stigma atau pandangan bahwa politik adalah sesuatu yang buruk. Sebagian besar dari mereka memilih tidak mau terjun atau berurusan dengan politik karena menganggap bahwa politik itu kotor dan jahat. Sulit sekali untuk menghilangkan stigma atau pandangan seperti itu. Memang pemikiran buruk mengenai politik tidak bisa lenyap begitu saja. Tetapi mereka perlu mengetahui bahwa politik tidak selamanya selalu buruk. Politik itu dapat menghasilkan sesuatu yang baik, politik dapat membantu kehidupan dalam bernegara dan bermasyarakat, politik juga dapat membantu menyejahterakan kehidupan negara dan masyarakat.

Sangat mengkhawatirkan, kesadaran kalangan muda terhadap politik sangat rendah. Partisipasi kalangan muda di saat-saat pemilihan umum pun terdata cukup rendah. Masih banyak anak-anak muda yang tidak berpartisipasi dalam acara seperti pemilihan umum, tidak ikut serta untuk memilih dan menggunakan hak suaranya alias golput (golongan putih). Kalangan muda biasanya tidak peduli atau tidak mau ambil pusing. Kebanyakan dari mereka berpikir “siapapun yang terpilih ya sudah biarkan saja, tidak ada hubungannya dengan saya, tidak berpengaruh pada kehidupan saya”. Pemikiran-pemikiran yang seperti itulah yang ada pada kalangan muda mengenai pemilihan umum, siapapun pemimpinnya tidak masalah bagi mereka. Padahal pemikiran tersebut salah, keliru, dan menyimpang. Mengapa kalangan muda berpikir seperti demikian? Bagaimana bisa?

Kurangnya pengajaran pendidikan dan sosialisasi politik terhadap kalangan muda atau milenial, mungkin bisa jadi salah satu penyebabnya. Pemerintah di rasa kurang memberikan pengajaran atau pembelajaran mengenai politik di kalangan anak muda. Pengajaran politik mungkin sudah diberikan pada saat di bangku sekolah, namun rasanya tidak begitu efektif karena pengajaran pun hanya berupa teori atau teks bacaan saja. Padahal politik itu cukup kompleks dan rumit, tidak hanya bisa sekedar dipahami dari bacaan saja. Dan metode pembelajaran pun di rasa kurang efektif karena anak-anak hanya di berikan bacaan saja, tidak disertai dengan contoh-contoh atau bukti politik yang lebih nyata.

Seharusnya anak-anak dan sekolah bisa diberikan kesempatan untuk menjelajahi atau menelusuri politik dan pemerintahan seperti diberikan sesi kunjungan ke wilayah pemerintahan, lalu nantinya anak-anak dapat mengenal dan mengetahui bagaimana cara pemerintah bekerja, seperti apa ruang lingkup pemerintahan, maka pengajaran politik pun akan lebih efektif dan edukatif, sehingga mungkin dapat menumbuhkan minat atau ketertarikan anak-anak terhadap politik sejak sedini mungkin. Jika metode pembelajaran seperti itu dilakukan, mungkin dapat membuat kalangan muda tahu lebih banyak, tertarik hingga antusias terhadap politik.

Dan, penyebab lainnya yang membuat kalangan muda berpikir demikian terhadap politik yaitu berita-berita buruk mengenai politik. Sering sekali ditemukan berita yang buruk-buruk mengenai politik. Memang banyak kejadian yang buruk atau jahat mengenai politik. Hal-hal seperti korupsi, ketidakadilan, memang suatu kejahatan yang umum terjadi dan seringkali ditemukan dalam politik. Media senang sekali memberitakan hal-hal yang negatif semacam itu mengenai politik, sehingga yang sering muncul di berita-berita adalah sisi yang buruk dari politik. Karena seringnya muncul berita-berita politik yang negatif itu maka masyarakat pun menjadi berpikir demikian, masyarakat menjadi berpikir bahwa politik itu buruk.

Padahal, tidak sedikit juga hal-hal yang positif terjadi di dunia politik. Seperti pembuatan kebijakan, pembuatan fasilitas, hal-hal baik yang terjadi seperti itu terkadang jarang diberitakan di media. Mungkin walaupun sudah diberitakan, hal tersebut tidak menjadi berita yang heboh atau tidak terlihat dan dibicarakan oleh masyarakat. Banyaknya berita buruk, menutup berita baik yang ada. Selain itu, media dalam memberitakan politik kepada masyarakat seolah membingkai atau membuat masyarakat berpikir bahwa politik itu negatif dan buruk. Jika sikap kalangan muda terhadap politik berkelanjutan dan seperti ini terus, maka akan sangat disayangkan dan mungkin negara dan pemerintahan perlahan akan mati dengan sendirinya dan dapat berakibat pada kekacauan atau kehancuran negara, karena tidak ada lagi politik dalam negara dan pemerintahan. Politik merupakan tiang dari berjalannya kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Tanpa politik, kehidupan bernegara dan bermasyarakat tidak akan bisa berjalan dengan semestinya dan hal ini dapat membuat negara di ujung kekacauan atau kehancuran. Hal ini merupakan hal yang sangat fatal. Kalangan muda dan milenial merupakan kalangan yang berintelektual, sudah melek pengetahuan dan teknologi yang diharapkan negara dan pemerintah dapat membangun negara lebih baik dan lebih maju kedepannya, namun akan buruk sekali jika tidak memiliki pemahaman mengenai politik. Mereka tidak memiliki pemahaman mengenai politik karena dari awal tidak adanya kesadaran mereka terhadap politik, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan politik, dan juga tidak ada yang bersikap peduli atau mau belajar tentang politik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *